Pasang Iklan Disini!

16 November 2013

Rusaknya Moral Generasi Muda Indonesia



               
Sungguh mengagetkan sekali, belum selesai masalah tentang korupsi muncul lagi kasus yang menggegerkan dan membuat resah masyarakat Indonesia yaitu muncul dan tersebar luasnya video asusila yang dilakukan oleh pelajar yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Bak petir yang menyambar di siang bolong, kasus ini sontak menggegerkan semua pihak, baik pemerintah, kepolisian, maupun masyarakat indonesia. Bahkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menyuruh pihak kepolisian untuk segera mengusut tuntas kasus tersebut. Senada dengan Jokowi, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)  dengan tegas mengutuk perbuatan yang dilakukan oleh pelajar SMP tersebut dan bahkan Ahok juga meminta kepada Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk tidak menaikkan kedua pelajar tersebut.
            Video yang berdurasi sekitar kurang lebih 5 menit itu memperlihatkan adegan yang sangat tidak pantas untuk dilakukan oleh seorang pelajar yang masih dibawah umur dan masih duduk dibangku SMP. Dalam video tersebut diperankan oleh dua pelajar yang berinisial AE (14 th) dan FP (13 th) yang berasal dari SMPN 4 Jakarta. Dua pelajar tersebut adalah seorang siswa bernama FP yang masih berusia 13 th dan AE siswi dan sekaligus kakak kelas yang berusia 14 th, melakukan perbuatan tidak senonoh itu di dalam ruang kelas. Dari pengakuan mereka yang disampaikan kepada penyidik di Polda Metro Jaya, mereka berdua melakukan tindakan tidak bermoral tersebut di dalam kelas setalah jam pelajaran selesai dan teman – teman yang lain sudah pulang.
            Menurut saya, perbuatan mereka berdua sungguh tidak beradab dan tidak bermoral sekali. Dan saya merasa sangat miris mendengar kasus ini, kasus yang menurut saya paling meresahkan dan memprihatinkan bagi dunia pendidikan di Indonesia. Lagi – lagi dunia pendidikan Indonesia harus tercorenng dengan adanya berbagai kasus kenakalan remaja. Disisi lain banyak siswa siswi Indonesia mengahrumkan nama bangsa Indonesia dengan berbagai prestasi yang diraihnya, disisi lain ada pula siswa siswi yang mwncoreng wajah pendidikan Indonesia. Bagaimana tidak membuat resah, pasalnya perbuatan mereka dilakukan didalam ruang kelas yang masih berada dilingkungan sekolah. Yang seharusnya lingkungan sekolah menjadi sebuah tempat atau lingkungan yang aman dan nyaman untuk menuntut ilmu bagi para pelajar generasi muda penerus bangsa untuk mencari bekal ilmu sebanyak – banyaknya demi masa depan yang lebih cerah. Karena masa depan bangsa Indonesia ada di pundak para generasi muda. Akan tetapi mereka malah menjadikan sekolah sebagai tempat maksiat dan ajang baku syahwat antar lawan jenis.

 


            Menurut berita – berita yang saya baca, baik media cetak maupun media online / social. Perbuatan mereka bukan hanya sekali saja dilakukan diruang kelas, akan tetapi mereka sudah melakuannya sebanyak tiga kali didalam kelas. Dan parahnya lagi mereka melakukan perbuatan tidak senonoh itu, dengan disaksikan oleh teman – temannya yang berjumlah sekitar 10 orang. Bahkan kedua pelajar tersebut melakukannya dengan santai tanpa ada rasa malu dan kayak sudah terbiasa mereka melakukan hal tersebut. Didalam kelas saja sudah tiga kali melakukannya, apalagi diluar kelas mungkin sudah puluhan bahkan ratusan kali mereka melakukannya. Wallahu allam bissawab.
            Setelah beredarnya video asusila tersebut ke masyarakat yang mungkin awalnya hanya beredar di lingkungan pelajar dan sekolah SMPN 4 Jakarta saja, dengan cepat video tersebut menyebar luaske masyarakat dan akhirnya sampai pula berita tersebut ke pihak kepolisian. Dengan cepat kepolisian melakukan penyidikan dan bekerja sama dengan instansi terkait yaitu Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk memastikan dua pelaku tersebut adalah benar – benar berstatus sebagai pelajar SMP di Jakarta. Setelah dimintai keterangan oleh pihak penyidik, penyidik kepolisian menemukan kejanggalan dari pengakuan kedua pelaku tindak asusila tersebut. Menurut AE (pemeran wanita), dia dipaksa untuk melakukan tindakan asusila tersebut oleh ketua kelas dan teman-temannya yang lain. Namun menurut pernyataan FP (pemeran pria) tidak sependapat dengan pengakuan AE. FP mengaku bahwa dia dan AE melakukannya atas dasar suka sama suka, jadi tidak ada unsure paksaan sama sekali untuk melakukan hal tersebut. Dan setalah tim penyidik memeriksa video tersebut, tim penyidik melihat dan menyimpulkan bahwa tidak ada unsure paksaan dalam video tersebut, lantaran ekspresi dan mimic wajah AE terlihat senang dan gembira sekali dalam melakukan  tindakan asusila tersebut. Jadi pertanyaan yang muncul dalam benak saya, dan membuat saya heran, dimana unsur pemaksaannya ?   mereka telihat sama – sama senang melakukannya. Na’udzu billah mindzalik.
           
Pengakuan AE sangat membuat saya tertawa, betapa lucunya setalah melakukan perbuatan asusila dengan ekspresi yang nyaris senang sekali dan tanpa adanya unsure pemaksaan untuk melakukannya. Ya, mungkin begitulah sikap remaja yang masih labil, setalah mereka merasa puas melakukan tindakan tersebut, dan kemudian Videonya diketahui oleh banyak orang yang membuat mereka malu, maka dari itu pernyataan AE tersebut terkesan sebagai alat untuk menutupi rasa malunya, supaya dirinya tidak disalahkan dalam kasus ini dan tidak dicap sebagai anak yang nakal oleh orang tuannya. Kalau dalam pepatah diibaratkan “Habis manis sepah dibuang”
            Agar perbuatan tersebut tidak kembali terulang pada tahun – tahun yang akan datang, perlu adanya pengawasan yang ketat baik dari sekolah  maupun pihak orang tua. Jangan hanya mengandalkan salah satu pihak saja, perlu adanya kerja sama baik dari pemerintah, kepolisian, sekolah, dan orang tua untuk saling bersinergi dalam mengawasi putra – putrinya. Bagaimana Negara ini mau maju, kalau generasi mudanya saja sudah kebablasan seperti itu. Hal yang harus segera dibenahi adalah bukan system pendidikannya, bukan juga perlu adanya pemberian CCTV di setiap kelas, tapi perlu adanya sebuah perubahan moral dan mental para generasi muda atau istilah kerennya adalah “Revolusi Mentalitas” untuk mengubah pola pikir dan pandangan para generasi muda tentang pacaran atau bercinta. Selain itu juga perlunya pendidikan agama yang kuat untuk membentengi para remaja pada zaman sekarang untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, dan bisa membedakan mana perbuatan yang boleh dilakukan, dan mana perbuatan yang tidak boleh dilakukan.
            Untuk itu saya berharap, agar perbuatan ini tidak kembali terjadiu dikemudian hari, saya mengajak kepada para orang tua di seluruh Indonesia umtuk memberikan perhatian dan kasih saying yang lebih kepada anak - anaknya  dan melakukan pengawasan yang ekstra (tapi tidak mengekang) agar tidak terjerumus dalam jurang kemaksiatan yang dibungkus oleh syetan dengan istilah “pacaran”. Dan diharapkan pula pemerintah melalui instansi terkait untuk memberikan perhatian yang lebih terhadap moral para generasi muda dengan menabah mata pelajaran Agama dan kesusilaan, untuk bisa setidaknya mencegah para pelajar untuk tidak melakukan tindakan asusila tersebut.
           
Maka dari itu sangat benar sekali adanya anggapan “bahwa sebuah negara itu harus berkuasa”. Karena dengan adanya kekuasaan Negara, maka akan bisa memipin, mengarahkan, dan mengatur masyarakatnya dengan baik agar tidak melakukan hal – hal yang menyimng dari nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Untuk itulah perlunya sebuah Negara itu harus berkuasa. Untuk menciptakan Negara Indonesia yang bermartabat haruslah Indonesia menjadi Negara yang berkuasa.

0 komentar:

Posting Komentar

*