Pasang Iklan Disini!

27 Februari 2012

Masalah Terbesar Chelsea F.C



Sebuah koran terbitan Jakarta edisi minggu ini menulis judul "Chelsea Mulai Membosankan" untuk artikel di rubrik olahraganya. Pemicunya adalah kekalahan 1-3 di Napoli dalam leg pertama perdelapan final Liga Champions pada hari Selasa silam (21/2).

Kekalahan itu membuat Chelsea tak lagi merasakan kemenangan dalam enam partai beruntun di semua ajang musim ini. Bukan catatan yang positif bagi klub kosmopolitan dari London tersebut.

Permainan Chelsea yang membosankan sebenarnya bukan terjadi secara tiba-tiba, tetapi gejalanya mulai muncul sejak awal musim ketika Andre Villas-Boas (AVB) ditunjuk menggantikan Carlo Ancelotti. Apakah ini berarti AVB tidak kompeten untuk menangani The Blues?

AVB hanyalah puncak gunung es. Masalah terbesar Chelsea, yang muncul belakangan ini, ada pada sosok sang pemilik klub, Roman Abramovich. Taipan minyak asal Rusia ini adalah pengusaha sukses. Kecintaannya pada Chelsea hanya bisa diimbangi oleh yacht mewah miliknya yang selalu diparkir di pelabuhan Monako.

Awalnya, Abramovich terlihat akan sukses pula di bisnis sepakbola. Situasinya menjanjikan. Betapa tidak, hanya empat tahun sejak memborong saham Chelsea pada 2003, klubnya mengoleksi 2 trofi Liga Inggris, 2 Piala Liga, 1 gelar Piala FA dan Community Shield di bawah asuhan pelatih kontroversial Jose Mourinho. Namun Abramovich melihatnya secara berbeda. Mourinho tetap dinilai gagal karena tak mampu mempersembahkan trofi dari ajang prestisius, Liga Champions.

Abramovich mulai berubah dan tidak sabar. Dia menjadikan Liga Champions sebagai parameter kesuksesan seorang pelatih. Dia tak peduli meski Mourinho sukses di kompetisi lain. Itu sebabnya pelatih dari Portugal itu harus menyingkir pada 2007 dan Chelsea memasuki fase kekacauan dengan menyewa enam pelatih berbeda dalam lima tahun terakhir. Sebuah situasi yang lebih sering terjadi di klub-klub gurem Italia atau Spanyol.

Ironisnya, tiga tahun setelah dipecat Chelsea, Mourinho meraih trofi Liga Champions yang kedua dalam karirnya sebagai pelatih. Kali ini bersama Internazionale Milan.

Abramovich boleh jadi terlalu ambisius. Kesuksesan di bisnis lain membuatnya hilang orientasi saat bergelut di bisnis sepakbola. Dia tidak menyadari bahwa Liga Champions adalah kompetisi yang unik. Daftar juaranya hanya diisi oleh sedikit klub. Bahkan nyaris itu-itu saja. Real Madrid, AC Milan, Barcelona, Liverpool, dan Ajax Amsterdam adalah sebagian langganan. Manchester United pun kerap kesulitan untuk menjuarai ajang elite ini. Padahal seperti halnya Chelsea, secara teknis MU pantas untuk menjuarai kompetisi level atas Eropa.

Dengan memasang parameter bahwa pelatih sukses adalah yang mampu mengantar Chelsea menjadi juara Liga Champions, maka Chelsea akan semakin sulit merengkuh ambisi Abramovich tersebut. Parameter itu boleh jadi sahih, tetapi tentu tidak dalam skala waktu satu-dua musim saja. Bisnis sepakbola tak bisa dibangun dalam sekejap. Beberapa tahun silam, pelatih berkebangsaan Inggris Alan Curbishley dan George Graham (Skotlandia) mengatakan bahwa para pebisnis sukses yang mengambil alih kepemilikan saham klub sepakbola tidak menyadari betapa uniknya bisnis sepakbola.

Curbishley dan Graham secara senada dalam kesempatan terpisah mengatakan sepakbola adalah bisnis yang sangat berbeda dengan bisnis lain. Dia terkait dengan budaya, loyalitas dan proses. Prestasi tak akan mungkin dicapai dalam waktu singkat layaknya memasak mie instan. Seorang pemilik klub harus mampu bersabar dan tak lelah berusaha agar timnya berprestasi di banyak kompetisi.

Kembali ke Chelsea, dengan parameter yang ditetapkan oleh Abramovich maka John Terry cs. akan semakin sering ditangani pelatih baru. Pergantian pelatih yang terlalu sering akan menyulitkan para pemain. Mereka harus beradaptasi lagi dan sudah pasti membutuhkan waktu. Ini pun sudah sempat disuarakan oleh para pemain senior Chelsea ketika Ancelotti baru menjabat pada 2009. Para pemain membutuhkan ruang ganti yang kondusif. Bukan yang penuh dengan turbulensi.

Kini, bola ada di tangan Abramovich. Apakah dia akan menggenapi ramalan media massa Inggris tentang pemecatan AVB di akhir musim? Atau sebaliknya? Apakah dia akan menghentikan kebiasaannya membeli pemain yang disenanginya, bukan yang dibutuhkan klub? Apakah dia akan menyerahkan segala urusan teknis kepada manajemen saja? Segala pertanyaan itu hanya bisa dijawab oleh waktu.

0 komentar:

Posting Komentar

*