Pasang Iklan Disini!

19 Februari 2012





Pemerintah Kota Depok mulai menerapkan program gerakan satu hari tanpa nasi dalam satu minggu, yaitu setiap Selasa, bagi pegawai negeri sipil setempat. 


Kritik sudah muncul akan imbauan ini. Salah satunya adalah, jika masyarakat diminta untuk tidak mengonsumsi nasi dalam sehari, apakah sudah tersedia cukup sumber karbohidrat lainnya di pasaran untuk mengganti nasi tersebut?

Di saat bersamaan, ajakan tersebut bisa mengirim sinyal yang tepat dari pihak pemerintah (meski masih di skala daerah), bahwa ada masalah dalam pemenuhan kebutuhan pangan kita yang sangat tergantung pada beras. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat membuka Jakarta Food Security Summit, 8 Februari lalu, menyatakan perlunya ada inovasi dari bidang usaha untuk menekan konsumsi beras. 

Jumlah penduduk Indonesia yang terus bertambah otomatis akan meningkatkan permintaan akan pangan. Sementara, lahan-lahan pertanian terus tergerus dan berubah fungsinya. 

Di atas semua itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah mentargetkan agar Indonesia bisa mengalami surplus produksi beras sebesar 10 juta ton pada 2014. Saat ini, surplus beras di Indonesia hanya 3,5 juta ton.

Ancaman perubahan iklim pun membuat musim tanam menjadi berubah, kemarau bisa jadi lebih panjang, musim hujan bisa jadi lebih dahsyat. Akibatnya, tanaman pangan pun terancam gagal panen. Hasil produksinya pun menjadi lebih sulit diprediksi. Harga-harga bahan pangan dunia pun terus naik. Tak heran jika dunia, bukan hanya Indonesia, terancam krisis pangan.

Dengan semua permasalahan itu, menurut Anda, tepatkah ajakan Pemerintah Kota Depok untuk mengurangi konsumsi nasi? Apakah gerakan ini patut menjadi sebuah gerakan nasional? 

Jika Anda setuju, apa alasan Anda? Apa keberatan Anda jika gerakan sehari tanpa nasi ini menjadi gerakan nasional? Cara lain apa, menurut Anda, yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah ketahanan pangan di Indonesia?

0 komentar:

Posting Komentar

*