Belakangan, penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan sekitar 60 persen kasus kanker payudara justru terjadi pada wanita muda di negara-negara berkembang, dan separuhnya berakhir meninggal dunia.
Walaupun jumlah kasus tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan yang terjadi di negara-negara maju, namun penyakitnya lebih ganas karena berkembang dari ekspresi berlebihan Human Epidermal growth factor Receptor-2 (Her2).
HER2 adalah protein yang ditemukan dalam setiap sel payudara yang normal untuk membantu pertumbuhan sel normal.
Gen HER2 ditemukan pada DNA sel dan mengandung informasi untuk pembuatan protein HER2. Fungsinya adalah mengirimkan sinyal yang 'memerintahkan' sel untuk tumbuh dan membelah diri.
Pada kanker payudara dengan jenis HER2 positif (HER2+), sel kankernya memiliki jumlah gen HER2 yang sangat banyak pada tiap sel. Kondisi ini disebut over-ekspresi protein HER2.
Terlalu banyaknya jumlah protein HER2 menyebabkan sel kanker tumbuh dan membelah jauh lebih cepat. Maka kanker dengan status ini akan mudah kambuh. Untuk itu, kanker payudara dengan HER2 positif (HER2+) disebut sebagai kanker payudara agresif yang cenderung lebih kebal dengan obat-obatan, radioterapi, dan kemoterapi.
"Kanker dengan status HER2 positif (HER2+) akan mudah kambuh karena pembelahan sel yang sangat cepat dari normal. Jadi, jika seorang sudah terdeteksi terkena kanker payudara, dianjurkan untuk segera melakukan pemeriksaan status HER2-nya," papar DR. dr. Samuel J. Haryono, SpB, Onk (K), pakar bedah onkologi dari MRCCC Siloam Hospitals, Jakarta.
Samuel menambahkan, jumlah pasien yang menderita kanker dengan status HER2 positif di Indonesia adalah satu dari empat sampai lima pasien dengan kanker payudara tahap akhir.
Selain faktor-faktor tersebut, pemakaian KB dalam jangka waktu panjang dan suntik hormon dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.
0 komentar:
Posting Komentar