Pasang Iklan Disini!

31 Desember 2011

Sektor bisnis yang berpeluang pada 2012


Sektor industri pangan, industri jasa dan perhotelan, serta pertambangan dan energi diperkirakan bakal mengalami booming pada 2012. Permintaan di dalam negeri terhadap industri jasa, perhotelan, serta makanan di dalam negeri akan meningkat.

»Adapun pertambangan dan energi karena permintaan di beberapa negara yang tidak terkena krisis juga cukup besar,” tutur Didik J. Rachbini, Kepala Lembaga Pengkajian, Penelitian, dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kadin Indonesia, di Jakarta, Rabu, 28 Desember 2011.

Menurutnya, pertumbuhan kelompok masyarakat yang memiliki daya beli tinggi saat ini cukup besar. Sehingga, permintaan terhadap sektor jasa dan produk makanan maupun perhotelan akan terus bertumbuh.

Dia menyebut, sektor konsumsi masih akan menyumbang sekitar 60 persen dari pertumbuhan ekonomi. »Namun, bila pemerintah tidak bisa menjaga kondisi yang nyaman bagi kalangan usaha, maka pertumbuhan industri di dalam negeri akan di bawah target pemerintah,” kata Didik.

Dia menyebut, angka pertumbuhan 7,1 persen yang dipatok pemerintah pada 2012 cukup rasional bila diimbangi dengan tingkat suku bunga kredit yang rendah. Begitu pun dengan infrastruktur dan energi, khususnya listrik yang memadai. »Bunga bank masih belum bersahabat, padahal Bank Indonesia sudah menurunkan BI Rate,” kata Didik.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Suryo Bambang Sulisto berharap suku bunga kredit perbankan bisa berada di level 8 persen atau kurang dari itu. Pasalnya, lanjut dia, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) sudah berada di angka 6 persen.

Menurutnya, upaya BI tidak diikuti dengan penurunan tingkat bunga bank-bank komersial. Dia mensinyalir adanya ketidakefisienan bank-bank komersial. "Kontribusi bank-bank komersial di investasi perusahaan dan modal kerja masih rendah,” ujarnya.

Investasi yang disalurkan tak lebih dari 25 persen dan modal kerja sekitar 21 persen. Walhasil, sebut dia, hal ini kurang mendorong perkembangan sektor riil.

Hal senada juga diungkapkan Didik Rachbini. Ia menyebut, ketidakefisienan bank terlihat dari masih tingginya biaya operasi, biaya bunga, serta biaya risiko. Semua komponen itu masih dalam komponen bunga.

0 komentar:

Posting Komentar

*