29 Juni 2011
Ibnu Khattab.. Pergi Ke Mana Pun Jihad Memanggil
“Ketika seorang Panglima Chechnya terluka, itu berarti ia berjuang bahu-membahu bersama pasukannya.” –ibn Khattab
Pemuda yang menjanjikan
Samir Saleh Abdullah Al-Suwailem lebih dikenal dengan nama Ibn Khatab karena kekagumannya pada sosok khalifah, Umar bin Khattab RA. Ia lahir di Arar, kota perbatasan utara Arab Saudi pada 1969. Ayahnya berasal dari Saudi dan Ibunya berdarah Turki. Khattab memiliki 8 saudara dan dibesarkan dalam keluarga yang cukup berada serta terpelajar, dikenal sebagai pemuda yang berani dan kuat. Di sekolah ia pun termasuk anak yang cerdas.
Khattab pergi ke Amerika pada 1987 saat berumur 17 tahun untuk melanjutkan sekolahnya. Namun beberapa tahun kemudian ia terlihat di antara sukarelawan Arab di Afganistan. Tahun 1987 adalah puncak jihad Afganistan melawan Uni Sovyet, di mana pemuda dari belahan negara muslim dunia berbondong-bondong datang ke Afganistan menyambut seruan jihad dari tokoh Islam seperti Sheikh Abdullah Azzam (dibunuh/ 1989), Sheikh Tamim Adnani (meninggal/ 1988) dan Usama bin Ladin.
Prestasi gemilang dan aksi heroik para pejuang Muslim melawan negara-negara adidaya menyulut gelora jihad umat muslim lainnya tak terkecuali Khattab. Ia memutuskan ikut berjihad untuk pertamakalinya ke Afganistan (1987).
Jihad Afganistan
Khattab menuntaskan latihannya di kamp dekat Jalalabad dan berdiri di garis depan. Salah seorang pelatihnya adalah Hassan As-Sarehi, Komandan Operasi Sarang Singa di Jaji, yang terkenal itu. Enam tahun kemudian, Khattab telah menjadi salah satu mujahid yang diperhitungkan dunia. Ia terkenal berani membuka konfrontasi langsung dan pantang menunjukkan rasa sakit saat terluka. Ia muncul di tiap operasi besar di Afganistan (1988-1993) termasuk perebutan Jalalabad, Khost dan kabul.
Khattab kehilangan dua jemari tangan kanannya saat berniat melempar granat rakitan Sejak itu ia tak pernah melepaskan sarung tangannya.
Jihad Tajikistan
Saat Soviet mundur dari Afganistan dan komunis berhasil dikalahkan para Mujahid, Khattab bersama sekelompok kecil teman berangkat ke Tajikistan (1993) setelah mendengar peperangan yang sedang terjadi di sana melawan musuh yang sama. Dua tahun mereka menetap di sana memerangi Rusia di tengah salju di daerah pegunungan berbekal persenjatan dan amunisi yang sangat terbatas.
Bersama pasukannya, Khattab kembali ke Afganistan di awal 1995. Saat itu perang Chechnya baru dimulai dengan warga yang dihinggapi kebimbangan memposisikan antara agama dan perang.
Jihad Chechnya
Khattab tergerak ke Chechnya saat menyaksikan siaran televisi yang memperlihatkan sekelompok orang Chechnya memakai ikat kepala bertuliskan syahadat dan meneriakkan takbir. Ia berhasil masuk Chechnya dengan menjadi reporter televisi. Kefasihannya berbahasa Arab, Rusia, Inggris dan Pashtu membantunya mudah berinteraksi. Bersama teman-temannya sesama mujahid Afganistan, kelompok beranggotakan 8 orang ini sampai di Chechnya pada musim semi 1995. Kelompok Khattab tak hanya melatih penduduk Chechnya tapi juga mujahid yang bergabung dari negara lain. Saat itu sedang bergejolak perang Chechnya yang pertama.
Khattab bertemu Shamil Basayev, seorang pemimpin pejuang Chechnya. Bersama Basayev, Khattab yang menyandang posisi Panglima Pasukan Islam Dagestan, memperjuangkan pendirian negara Islam di Chechnya.
Rangkaian Serangan
Satu operasi penyerangan gemilang saat penyergapan di Shatoi pada 16 April 1996 di mana ia memimpin 50 orang mujahidin menghancurkan satu konvoi pasukan berkendara Rusia yang sedang meninggalkan Chechnya. Sumber resmi militer Rusia mengungkapkan 223 tentara Rusia terbunuh termasuk 23 pejabat tingginya dan menghancurkan seluruh kendaraan pasukan. Lima mujahidin mati syahid dalam operasi tersebut. Boris Yeltsin harus membawa kasus penyerangan itu ke parlemen.
Beberapa bulan kemudian, pasukan Khattab menyerang sebuah barak militer Rusia, menghancurkan helikopter-helikopter tempur dengan tank. Satu pasukannya juga bergabung bersama operasi penyerangan Grozny yang dipimpin Basayev pada Agustus 1996.
Khattab muncul pada 22 Desember 1997, menggerakkan satu pasukan berjumlah 100 orang mujahidin Chechnya dan negara lain, masuk ke daerah Rusia dan menyerang markas-markas Brigadir motor tempur militer Rusia. Penyerangan ini mengakibatkan 300 kendaraan hancur dan banyak tentara Rusia yang tewas. Dua mujahidin mati syahid termasuk seorang komando senior Afganistan, Abu Bakar Aqidah. Seluruh pasukan Rusia mundur dari Chechnya pada musim gugur 1996. Ini adalah sebagian penyerangan dari sejumlah operasi yang berhasil memukul mundur Rusia di Chechnya (Khartashoi, 1995; Shatoi, 1996; Yashmardy, 1996) dan dalam daerah Rusia sendiri (Dagestan, 1997 hingga 1999).
Saat perang Chechnya II, pada 29 Pebruari 2000 Khattab mengutus pasukan di bawah komando Amir Abu al-Walid menyerang pasukan parasut Rusia. Sebanyak 86 prajurit Rusia tewas. Pada 29 Maret 2000, Khattab menghabisi 34 pasukan elite Rusia OMON yang berkonvoi, sebanyak 9 tentara ditawan lalu dieksekusi.
Taktik Media
Khattab pernah mengatakan: “Allah memerintahkan kita memerangi orang kafir dengan apa yang mereka perangi terhadap kita. Mereka memerangi kita dengan media dan propaganda, jadi kita harus memerangi mereka juga dengan media kita.” Karena itu ia selalu memfilmkan tiap orang dan tiap operasi penyerangannya. Khattab memiliki perpustakaan berisi ratusan video mulai dari pertempurannya di Afganistan, Tajikistan dan Chechnya. Ia yakin kata-kata saja belum cukup menjawab tuduhan palsu media-media musuh, juga harus dibuktikan dengan rekaman video. Ia sempat mengabadikan penghancuran pasukan Rusia dalam operasi Dagestan pada Agustus 1999 yang menunjukkan ratusan mayat-mayat tentara Rusia, beberapa kali lipat banyaknya dari jumlah laporan resmi militer Rusia yang hanya menyebutkan 40 tentara tewas.
Pemimpin alami
Khattab sering disebut-sebut sebagai Khalid bin Walid masa kini. Ia yakin sepenuhnya bahwa ajal akan datang menjemput bila sudah waktunya, tidak terlambat atau lebih satu menit pun. Ia berhasil lolos dari beberapa usaha pembunuhan. Yang paling nyaris adalah saat truk besar Rusia yang dikendarainya dibom pasukan Rusia. Truk tersebut hancur berkeping-keping namun Khattab selamat tanpa luka segores pun.
Di balik aksi garangnya di medan jihad, Khattab begitu perhatian pada anak buahnya. Ia juga selalu memastikan penduduk sipil tidak terganggu dan terluka. Tidak seperti sebagian besar tokoh tokoh pejuang Arab yang sarat pengetahuan religius atau kaum intelektual, Khatab hanya seorang pemimpin alami yang mengikuti kata hatinya. Ia memiliki satu tim calon pemimpin yang sangat terlatih dan mampu menggantikannya bila ia terbunuh.
Pembunuhan licik
Kontak terakhir Khattab dengan keluarganya, tiga bulan sebelum wafat 19 Maret 2002. Ia hanya mengunjungi Arab Saudi dua kali sejak jihad Afganistan. Khattab tewas akibat menghirup gas beracun dari surat yang disusupi Rusia’s Federal Security Service. Menurut pakar racun Moskow dan London, amplop surat tersebut kemungkinan telah disemprot neurotoksin yang menyerap ke tubuh melalui kulit dan dengan cepat menyebabkan serangan jantung atau susah bernapas. Orang yang paling dicurigai bertanggung jawab atas pengkhianatan itu adalah Ibrahim Alauri, teman terdekatnya. Khattab disebutkan menikahi seorang wanita Dagestan dan memiliki tiga orang anak.
Media kafir telah menciptakan figur Khattab sebagai seorang teroris. Namun di mata para pejuang Allah dan sebagian besar umat muslim seluruh dunia, ia adalah salah seorang pemimpin yang berani melawan cengkeraman kuku-kuku imperialisme dan inspirasi bagi siapapun yang membela agama Allah.
dari berbagai sumber yang lebih mendukung perjuangan atas ketertindasan umat Islam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar